1 . Biologi Skeletonema costatum
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty 1995 Skeletonema costatum diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Bacillariales
Subordo : Coscinodiscinae
Genus : Skeletonema
Spesies : Skeletonema costatum
2 . Morfologi Skeletonema costatum
Skeletonema costatum bersel tunggal (Uniselular), berukuran 4-6 mikron. Akan tetapi alga ini dapat membentuk urutan ranti yang terdiri dari beberapa sel. Sel berbentuk seperti kotak dengan sitoplasma yang memenuhi sela dan tidak memiliki alat gerak. Skeletonema costatum dinding sel yang unik karena terdiri dari dua bagian yang bertindih (flustula) yang terbuat dari silikat, bagian katub atas disebut epiteka dan kutup bawah disebut hipoteka. Pada bagian epiteka terdiri dari komponen epivaf dan episingulum dan pada bagian hipoteka terdiri dari komponen hipovaf dan hiposingulum (Clinton, 1981; ohilip, 1986; Lokman, 1990).
3. Siklus Hidup Skeletonema costatum
Secara normal skeletonema costatum ini bereproduksi secara aseksual, yaitu dengan pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi berulang-ulang ini akan mengakibatkan ukuran sel menjadi lebih kecil secara berangsur-angsur hingga generasi tertentu. Apabila ukuran sel sudah dibawah 7 mikron, secara reproduksi tidak lagi secara aseksual akan tetapi berganti menjadi seksual dengan pembentukan auxospora. Mula-mula epiteka dan hipoteka ditinggalkan dan menghasilkan auxospora tersebut. Auxospora ini akan membangun epiteka dan hipoteka baru dan tumbuh menjadi sel yang ukurannya membesar, kemudian melakukan pembelahan sel hingga membentuk rantai (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001) Skeletonema costatum umumnya berkembangbiak dengan pembelahan sel sederhana.
Cara ini memberikan hasil yang sangat bagus dalam mengembangkan populasi melalui dua jalan berbedayaitu:
1. Cara ini mendorong produksi dalam jumlah besar yang cepat jika kondisi untuk tumbuh
2. Ukuran terbesar yang dicapai sel tunggal sebagai Bagian dari populasi terus berkurang oleh setiap pembelahan berikutnya.
Menurut isnansetyo dan kurniastuty (1995) susunana perkembangan umum skeletonema costatum ditandai dengan sedikitnya empat tahap yang terpisah :Tahap istirahat Setelah penebaran bibit dalam media kultur,populasi sekletonema costatum sementara tidak berubah, sel masih beradaptasi dengan lingkungannya.
· Tahap eksponensial : Ditandai dengan pembiakan sel yang cepatdan konstan.
· Tahap stasioner : Kecepatan perkembangan sudah mulaimenurun secara bertahap,sel-sel secara totalatau adanya keseimbangan antara tingkatkematian dengan tingkatpertumbuhan.
· Tahap kematian : Tingkat kematian lebih tinggi dari tingkatpertumbuhan.
4 . Ekologi dan Fisiologi Skeletonema costatum
Secara ekologis, berbagai macam makanan itu dapat dikelompokkan sebagai plankton, nekton, bentos, perifitin dan neuston. Semua ini didalam perairan akan membentuk suatu rantai makanan dan jaringan makanan. Fitoplankton memegang peranan penting dalam perairan, sebab fitoplankto asal mulanya terjadi dari bahan organic, yang kemudian dijadikan sumber makanan oleh jasad-jasad lainnya. Zooplankton dan jasad-jasad lainnya akan berke mbang Apabila tersedianya makanan yang cukup yang berasal dari fitoplankton tersebut (mudjiman, 2004).
Plankton adalah biota yang hidup di permukaan air dan mengapung, menghanyut atau berenag lemah, artinya mereka tidak melawan arus. Di alam bebas larva udang mengkonsumsi plankton baik berupa fitoplankton dan zooplankton. Oleh karena itu dalam pemeliharaan larva perlu di pilih jenis yang paling sesuai dan baik untuk makanan larva udang tersebut. Untuk keperluan ini maka jenis plankton tersebut harus dipelihara dalam bak tersendiri. Dalam pemeliharaan larva udang selain makanan alami juga makanan buatan sangat berperan yang diberikan sebagai makanan tambahan. Pemberian makanan yang berupa skeletonema costatum dimulai pada stadia zoea dan mysis (Nybakken, 1992). Menurut Cahyaningsih (1990) ada beberap factor yang dapat digunakan sebagai acuan unutk menentukan apakah jenis plankton itu termasuk kategori pakan alami yang memenuhi syarat, diantaranya adalah Bentuk dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva diproduksi secara massal dan mudah dibudidayakan Kandungan sumber nutrisinya lengkap dan tinggi Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna.
Gerakannya menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap.
Diatom adalah ganggang atau alga renik yang termasuk dalam divisi thallophyta dan kelas diatomae (Bacillariophyta). Ganggang jenis ini memiliki dua ordo, yakni centrales dan pennales. Ordo centrales bentuknya seperti silinder dan kebanyakan hidup dilaut. Beberapa contoh anggota ordo centrales diantaranya planktoniella, cyclotella, coscinodiscus, chaetoceros, melosira dan skeletonema. Ordo pennales berbentuk lonjong, memanjang, seperti gada, dan seperti perahu. Jenis ini banyak hidup di air tawar. Beberapa contoh diantaranya adalah synedra, pleurosigma, navicula, nitzschia dan amphora (Mudjiman, 2004; bhactiar, 2003).
5 . Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Skeletonema costatum
Menurut Ruth dan Charles (1966) untuk mendapatkan hasil kultur skeletonema costatum yang berkualitas baik, maka diperlukan beberapa factor yang dapat mendukung keberhasilan lingkungan culture tersebut. Faktor-faktor yang mendukung tersebut diantanya adalah factor biologis, kimia, fisika, dan keberhasilan lingkungan kultur. Factor biologis meliputi penyediaan bibit yang bermutu dan jumlah yang mencukupi. Factor fisika yang mempengaruhi antaralain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Factor kimia adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur. Selain factor tersebut diatas ada factor lain yang perlu diperhatikan yaitu kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan.
Suhu berperan dalam pengatur proses metabolisme organisme dalam perairan. Suhu mempengaruhu suatu stadium daur hidup organisme dan merupakan factor pembatas penyebaran suatu species. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan reproduksi secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan skeletonema costatum (Suriawiria, 1985). Dalam proses aerasi, selain terjadi proses pemasukan gas-gas yang diperlukan dalam proses potositesis juga akan timbul gesekan antara gelembung udara dengan moleku-molekul air sehingga terjadi sirkulasi air. Proses sirkulasi air ini sangat penting untuk memperthankan suhu tetap homogen serta penyebaran penyinaran dan nutrient tetap merata. Sirkulasi juga dapat mencegah pengendapan plankton dan menimbulkan getaran air yang menyerupai getaran di alam (Priyambodo, 2003;Mudjiman, 2004). Salinitas merupakan salah satu factor lingkungan yang mempengaruhi tekanan osmotik antara protoplasma sel organic dengan lingkungannya. Kadar garam yang berubah-ubah dalam air dapat menimbulkan hambatan bagi kultur sekletonema costatum. Sekeltonema costatum tumbuh optimal pada salinitas 25-29 ppt (Djarijah, 1995).
Pertumbuhan skeletonema costatum sangat tergantung pada intensitas lamanya penyinaran dan panjang gelombang cahaya yang mengenai sel-sel tanaman selama fotosintesis. Biasanya, dalam ruang kultur intensitas cahaya berkisar antara 500-5000 lux. Keadaan gelap dan terang juga harus dikontrol. Kultur penyediaan bibit, intensitas cahaya yang diberikan berkisar antara 500-1000 lux, biasnya 12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaan gelap. Kultur missal diruang terbuka, intensitas cahaya lebih baik diberikan dibawah 10.000 lux (Isnantyo dan Kurniastuty, 1995).
6 . Kebutuhan Nutrien
Skeletonema costatum untuk kehidupannya memerlukan bahan-bahan organikdan anorganik yang diambil dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut dinamakan nutrien, sedangkan penyerapannya disebut nutrisi. Fungsi utama bahan makanan (nutrien) adalah sebagai sumber energi dan pembangun sel. Pada budidaya ekeletonema costatum sangat dibutuhkan berbagai macam senyawa organic baik senyawa unsur hara makro (Nitrigen, Fosfor, Besi, Sulfat, magnesium, Kalsium dan kalium) dan unsur hara mikro (Tembaga, Mangan, Seng, Boron, Molibdenum dan cobelt) (Ruth dan Charles, 1966).
7 . Upaya Pembudidayaan
a). Isolasi
Tujuan isolasi untuk memperoleh fitoplankton monopesies (murni) dengan cara mengambil sampel air laut di alam dengan menggunakan planktonet, untuk selanjutnya diamati dibawah mikroskop. Ada beberapa cara isolasi antara lain pengenceran berseri dan menggunakan pipet kapiler. Pengenceran berseri digunakan bila jumlah organism banyak dan ada spesies dominan, memindahkan sampel kedalam beberapa tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan yang akan disisolasi. Sedangkan dengan menggunakan pipet kapiler, dimana sampel 10-15 tetes medium (Isnansetyo dan kurniastuty, 1999).
b). Kultur Skala Semi-Massal
Kegiatan kultur skala semi-massal ini, dilakukan diruang semi “out door” tanpa dinding, beratap transparan untuk memanfaatkan cahaya matahari. Kultur dengan wadah aquarium /fiber transparan pada volume sekitar 100 liter. Sebelum melakukan kultur, terlenih dahulu menyiapkan wadah dan peralatan lainnya dengan kaporit 100 ppm. Sterilisasi air laut di bak dengan kaporit 15-10 ppm dilakukan pengadukan selama 1-2 hari atau sampai netral kemudian diendahkan dengan menghentikan pengadukan. Untuk volume diperlukan bibit 5-10 % dari volume total. Diawal total kultur salinitas 28-30 ppt suhu air dibawah 300C dan pH 7,9-8,3 dan kekuatan cahaya pada kisaran 10000-50000 lux. Pupuk yang digunakan adalah pupuk teknis (Cahyaningsi, 1990).
c). Kultur Massal
Kultur massal/out door dimulai dari volume 1 ton sampai dengan 20 ton atau lebih. Air laut dengan salinitas tertentu dimasukan kedalam bak-bak kultur, selanjutnya dilakukan pemupukan dan diberi aerasi. Pupuk yang digunakan untuk kultur massal adalah pupuk teknis atau pupuk pertanian seperti : Urea, TSP, dan vitamin mix (Djarijah, 1995).
d). Metode Kultur
Dalam kultur plankton (alga), pada prinsipnya adalah sama untuk semua jenis.
Perbedaanya terletak pada media pemeliharaan, pupuk yang digunakan dan faktor
lingkungan untuk setiap jenis alga berbeda. Sedangkan persiapan yang dibutuhkan untuk budidaya alga adalah sama. Persiapan Kultur meliputi : Bak kultur yang dugunakan harus bersih dan steril, Air laut yang digunakan harus bebas dari mikroorganisme lain, tempat kultur terlindung dari curahan hujan dan pupuk yang digunakan mudah didapat dan murah. Skeletonema Costatu Pupuk yang digunakan adalah : Urea 60 ppm atau 60 g/ton NaH2PO4 8 ppm atau 8 g/ton Na2SiO3 6 ppm atau 6 g/tonFeCl3 1 ppm atau 1 g/tonEDTA 5 ppm atau 5 g/ton.
Cara Kultur
· pupuk yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan.di masukkan ke dalam bak yang telah dipersiapkan sebelumnya dan air laut yanmg sudah steril dengan kadar garamsekitar 20-30 %.
· Setelah pupuk melarut, bibit Skeletonema dimasukkan kedalam bak kultur.
· Lakukan pemeliharaan dengan cukup mendapatkan intensitas cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar